Kenapa demikian? sampai-sampai secara isu kedua negara ini mau merebut Natuna. Menurutnya, ada dua hal yang dimiliki Natuna dan keduanya itu adalah hal yang sangat penting bagi Amerika maupun Tiongkok sehingga menjadi alasan mereka berperang dalam memperebutkan Kawasan Natuna.
"Natuna memiliki dua hal yang diperebutkan dunia yaitu sumber energi dan pangan. Keduanya (adalah) kebutuhan masa depan, 30 persen cadangan migas Indonesia dan 20 persen potensi perikanan Indonesia ada di Natuna," terangnya.
Membangun Natuna saat ini salah satu upaya pertahanan dan kedaulatan di Laut China Selatan. Status Natuna harus dibuka seluas-luasnya supaya dunia tahu siapa yang punya, Indonesia. Pemerintah pusat harus berani menjadikan Natuna sebagai kawasan ekonomi baru, membawa dunia internasional berinvestasi di Natuna supaya mereka memiliki kepentingan bersama untuk menjaga investasinya di Natuna.
Menjaga kedaulatan Natuna dan Laut China Selatan menurut Rodhial, tidak hanya cukup dengan membangun instalasi militer saja karena mempertahankan Natuna itu tidak cukup hanya dengan pertahanan tapi ketahanan.
Baca Juga: Filipina dan AS Patroli Gabungan, Kapal Induk sampai Kapal Perusak Dikerahkan ke Laut Cina Selatan
"Semua aspek harus dibangun di Natuna, ideologi, politik, sosial, budaya, ketahanan, dan ekonomi karena membangun Natuna tidak dapat disamakan dengan membangun wilayah di Pulau Jawa," tegas Rodhial.
Rodhial menyarankan kalau mau Natuna dibangun daerah pertahanannya yang lebih kuat tidak seperti saat ini. Menurutnya saat ini pertahanan terluar Indonesia di Laut Cina Selatan adalah Pulau Laut.
“Pulau Laut merupakan pulau terdepan yang berada di Laut Cina Selatan, kalau pusat mau, pulau tersebut dapat dijadikan sebagai kapal induk tidak bergerak yang tidak akan pernah dapat ditenggelamkan,” ucap Wabup Natuna ke Tim Natuna Today Pikiran Rakyat.